Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Percetakan Penerbitan dan Media Informasi (FSP PPMI) Eddy Satriyono mengatakan, buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) lebih memilih melakukan dialog, ketimbang melakukan aksi unjuk rasa bahkan mogok kerja, dalam menyampaikan aspirasinya.
"Kami yang juga tergabung dalam KSPSI akan mengedepankan dialog untuk beradu argumen dengan pihak pengusaha, sehingga ada kesetaraan antara pekerja atau buruh dengan pengusaha," kata Eddy dalam siaran persnya, Rabu (19/9/2012).
Eddy Satriyoni kembali menekankan, KSPSI tidak akan melakukan aksi unjuk rasa atau demonstrasi untuk memaksakan tuntutan. Karena, aksi demonstrasi merupakan jalan terakhir jika jalan dialog tidak dapat dilakukan.
Karena itu, lanjut Eddy, menyikapi permasalahan buruh yang berkembang,
terutama menyangkut penghapusan outsourcing dan menolak upah murah, KSPSI berjanji tidak akan mengerahkan 4,9 juta anggotanya ke jalan-jalan, untuk menuntut kedua hal tersebut.
"Seperti dikatakan Ketua Umum KSPSI Yorris Raweyai beberapa waktu lalu, KSPSI lebih memilih berdialog langsung dengan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut," tutur Eddy.
KSPSI telah mengeluarkan pernyataan sikap, dan telah disampaikan kepada sejumlah pejabat negara, termasuk Presiden SBY.
Penyampaian sikap tersebut terutama menuntut revisi UU No 13 Tahun 2003 tentang tenaga kerja Indonesia, yang didalamnya mengatur upah minimum dan tenaga kerja outsourcing.
Eddy memaparkan, pada dasarnya hubungan antara pekerja atau buruh dengan pengusaha bersifat mutualisme.
"Pengusaha memberi lapangan kerja. Tanpa pekerja, pengusaha tidak bisa apa-apa. Demikian juga sebaliknya, pekerja tanpa pengusaha yang membayar jasanya, juga tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Eddy.
0 komentar:
Posting Komentar